Senin, 12 Maret 2012

Ketika Cinta Berbuah Neraka

Salah satu kisah yg disampaikan oleh Salim A. Fillah pada acara bedah buku "Dalam dekapan ukhuwah"....

Jika kita pernah membaca salah satu tulisan karya Habiburrahman El Shirazy berjudul ketika "Ketika Cinta Berbuah Surga". Yang menceritakan kisah dua orang lelaki bernama Said dan Abdullah yang saling mencintai karena Allah hingga cinta mereka berdua akhirnya berbuah surga.

Maka ternyata ada pula kisah persahabatan yang juga bisa menyebabkan seseorang menyesal karena hubungan itu pernah terjadi. Semata-mata karena dalam hubungan mereka tidak didasari oleh keimanan.

"Wahai celakalah aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab. Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an selepas Al Qur'an itu telah datang kepadaku, Dan setan memang pengkhianat manusia". (Al Furqan, Ayat 28-29).

Ayat di atas ternyata menceritakan tentang persabatan tokoh Quraisy di zaman Rasulullah yang bernama Ubbay dan Utbah. Kedua orang ini semenjak kecil adalah dua sahabat yang sangat akrab dan selalu sinergi dalam segala hal, tak ada yang dapat memisahkan mereka. Saling berbagi ketika senang maupun susah bahkan hingga sampai saat memerangi Rasulullah. Karena kekompakan mereka Ubay dan Uthbah menjadi tokoh andalan para pembesar Quraisy untuk menghambat dakwah Rasulullah.

Hingga pada suatu waktu, saat Utbah ada perjanjian dengan Ubbay untuk bertemu di suatu tempat untuk membahas strategi menjegal perjuangan Rasulullah selanjutnya.

Uthbah berjalan melewati Ka'bah, tidak sengaja dia melihat baginda Rasulullah sedang melaksanakan sholat di depan Ka'bah dan terdengar membacakan surah Taha.

"Ta, Ha. Kami (Allah) tidak menurunkan al-Qur’an ini kepada engkau supaya engkau menjadi susah. Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut. Diturunkan daripada yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Iaitu) al-Rahman (Yang Maha Pemurah), yang bersemayam (menetapkan pentadbiran-Nya) di atas 'Arash. Kepunyaan-Nya (Allah) jualah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara kedua-duanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika engkau mengeraskan ucapan, maka sesungguhnya Dia (Allah) mengetahui yang rahsia dan yang lebih tersembunyi. Allah, tidak ada Ilah (Tuhan) melainkan Dia (Allah); Dia (Allah) mempunyai al Asma-ul-Husna (nama-nama yang baik)."(Surah Taha, Ayat 1-8)

Badan Utbah bergetar seketika setelah mendengar ayat-ayat itu, "ini bukanlah syair, bukan pula sihir atau ramalan, ini bukanlah buatan manusia, ini juga bukanlah tipu daya yang sering diceritakan pembesar Quraisy kepadaku". Gumam Utbah. Seketika itu pula Utbah berkeinginan untuk memeluk Islam, dia yakin Al Qur’an memang benar adalah wahyu dari Tuhan semesta alam bagi Rasulullah. Niat Utbah diketahui dan dikecam oleh para pembesar Quraisy, tapi Utbah tidaklah perduli, sinar hidayah hampir menjadi purnama sempurna untuknya.....

Hingga dia teringat dengan sahabat karibnya, yang terakhir kali sangat menggebu-gebu untuk membela para leluhur dan menjegal Rasulullah. Yaitu Ubbay, Utbah tidak nyaman jika hanya dirinya yang merasakan keindahan Islam. Dia ingin pula sahabatnya itu juga memeluk Islam bersama dirinya, dia dan Ubbay akan mengucapkan dua kalimat syahadat bersama-sama, pikirnya. Utbah pun menunda keberangkatannya ke rumah Rasulullah untuk masuk Islam. Dia beranjak ke rumah Ubbay.

Saat Utbah sudah mendekati sosok sahabatnya itu, tiba-tiba saja Ubbay memalingkan wajahnya dengan ketus dari hadapan utbah. Utbah terkejut melihat perubahan drastis temannya ini, sebegitu marahkah dia saat mengetahui aku akan masuk Islam? pikir Utbah dalam hati.

"Ubbay... ke.."

"Diaam!!!!... aku tidak sudi mendengar suara pengkhianat nenek moyang kami!!!", potong Ubbay dengan keras, membuat Utbah terkaget-kaget hingga mundur beberapa langkah ke belakang.

"Mulai saat ini, karena kau telah menjadi bagian dari Muhammad. Maka mulai saat ini pula kau akan menjadi musuhku!!, pedang kita yang dulu kita arahkan searah, kini akan kita gunakan untuk saling berhadap-hadapan..!!!, mulai detik ini, jangan lagi kau tampakkan batang hidungmu di depanku, kecuali kau ingin bertarung hidup atau mati denganku!!! Pergi...!!!!!, Teriak Ubbay lebih keras, masih dengan memalingkan wajahnya.

Utbah hanya terperangah melihat sahabatnya yang sudah dia kenal sejak kecil, bertingkah seakan-akan dia memiliki dendam kesumat terhadapnya. Tiba-tiba saja utbah teringat dengan jasa-jasa Ubbay terhadapnya sedari mereka kecil hingga dewasa, ada ketakutan jika dia dan Ubbay memang harus bermusuhan dan pertemanan mereka yang selama ini baik-baik saja harus berakhir dengan singkat. Apalagi, jika memang nanti mereka harus saling menumpahkan darah. Oh, keluh Utbah, bagaimana mungkin dia akan menebas leher sahabat baiknya ini. Akhirnya, purnama hidayah yang sebetulnya sebentar lagi akan sempurna. Tiba-tiba tertutup kembali oleh gerhana yang entah datang dari mana. Dengan refleks Utbah berkata.

“Demi Allah, saudaraku Ubbay. Detik ini aku masih sahabatmu dan masih memegang teguh kepercayaan nenek moyang kita, dan aku bukanlah pengikut Muhammad. Percayalah…!!!!”.

Ubbay masih belum menatap. “Aku tidak percaya…!!!.

“Percayalah saudaraku, aku tidak akan mengorbankan pertemanan kita. Aku akan kembali bersamamu dan memerangi kembali Muhammad, Demi Allah!!!’. Kali ini Utbah sampai bersujud di belakang Ubbay.

Ubbay diam sejenak, lalu akhirnya mau menatap utbah. “Jika kau mau aku percaya dan kembali menjalin persahabatan denganmu. Maka buktikanlah jika kau benar-benar benci dengan Muhammad!!”.

Utbah mengangguk-angguk, lalu dia mengajak Ubbay untuk mengikutinya ke peternakan unta. Disana Utbah mengumpulkan kotoran-kotoran unta di dalam sebuah karung. Setelah terkumpul satu karung penuh, mereka berdua berjalan menuju ka’bah. Di sana masih ada Rasulullah yang mengerjakan sholat dengan khusyuk.

Saat Rasulullah sujud, Utbah lalu mendekati beliau dan menumpahkan isi karung berisi kotoran unta yang diukumpulkannya tadi ke badan Rasulullah. Ubbay yang semula merengut, berubah waahnya dan terpingkal-pingkal melihat kejadian itu. Utbah tersenyum melihat sahabatnya itu mulai berubah sikap terhadapnya. “Bagaimana, kau puas sekarang?, sudah percaya sekarang?”, Ucap Utbah.

Ubbay hanya mengangguk-angguk sambil memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu berlebihan tertawa. Dia puas, sahabatnya yang tadi akan menjadi pengikut Rasulullah, akhirnya berani bertindak seperti itu. “Hebat Utbah!!!”. Seru Ubbay.

Kedua sahabat itupun berjalan sambil berangkulan meninggalkan Rasulullah yang masih khusyuk bersujud. Mereka tertawa-tawa dengan puas dan keras, akhirnya mereka kembali bersatu dan kembali akan menghentikan dakwah rasulullah bagaimanapun caranya. Tawa itupun di akherat kelak akan disesali oleh Utbah.

Begitulah riwayat Utbah dan Ubbay, saudaraku… seperti itulah rasa cinta yang tidak didasari keimanan. Cinta dunia yang jauh melebihi cinta pada Allah dan Rasulnya, cinta seperti itu bahkan dapat menjadi penghalang masuknya cahaya hidayah. Cinta seperti itu tidak akan abadi, dan kedua insan di atas akan saling membenci di akherat kelak. Semoga kita termasuk orang-orang yang berhasil membina hubungan dengan pondasi iman, amin…

1 komentar:

Pondok Pesantren Almuslimun Mandin mengatakan...

Mantab Sobat, cerita yang sangan bagus

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls