Rabu, 18 Januari 2012

Guru Berlian



Sore itu sebetulnya sedang turun gerimis hujan, namun seorang pemuda nampak menggendong sebakul jagung dipunggungnya. “Jaguuung.. Jaguuuung...!!!”, teriak pemuda itu menjajakan dagangannya. Itulah rutinitas yang harus dijalani oleh Lian, sapaan akrab Berlian seusai pulang sekolah. Berjualan hingga sore hari harus dilakukannya agar dia dapat membiayai sekolahnya di sebuah SMA Swasta.
Lian hidup bersama ibu dan tiga orang adiknya. Ayah Lian sudah meninggal 1 tahun yang lalu karena mengalami kecalakaan lalu lintas. Semenjak itu kehidupan keluarga mereka berubah, Ibu Lian harus berkerja sebagai buruh cuci dan penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari keluarga mereka serta biaya dua adik Lian yang duduk di bangku sekolah dasar. Sehingga Lian juga harus berkerja untuk membantu keluarga serta agar dapat membayar uang sekolahnya. Lian juga melakukan berbagai macam pekerjaan setiap malamnya seusai berjualan jagung. Mulai dari menjadi tukang cuci piring, pelayan dan pekerjaan fisik lainnya. Biasanya hingga jam 12 malam Lian baru bisa pulang ke rumah.
Dengan tubuh yang sangat kelelahan, Lian pulang ke rumah malam itu. Seperti biasa ketiga adiknya sudah tertidur pulas. Hanya ibu Lian yang masih terbangun dan menunggu kepulangan Lian.
Kehangatan sambutan ibu Lian yang selalu menyambutnya pada saat Lian pulang, betul-betul mengobati rasa lelah Lian malam itu. Seusai makan makanan buatan ibunya, Lian pun beristirahat, meski hanya 3 jam dia tidur karena harus membantu ibunya serta menyiapkan jagung dagangannya.
###
Namun, Lian yang berkerja terlalu keras menyebabkan kegiatan belajar di sekolahnya terganggu. Seperti pada hari itu, Lian di labrak pleh Pak Joni yang mendapati Lian tertidur di dalam kelas dan diperparah dengan nilai ujian tengah semesternya yang buruk. Pak Joni menyuruh Lian untuk berdiri di depan kelas.
“Lihatlah anak-anak, sikap anak yang satu ini tidak patut di contoh. Selain nilainya yang sangat buruk dia juga tidur di depan kelas”. Ujar Pak Joni tanpa mau berempati dengan keadaan Lian yang sebetulnya berkerja keras sampai larut malam.
“Nah, biar kalian lihat bagaimana dia akan memamerkan nilai ujiannya. Ini prestasi hebat, karena dia satu-satunya siswa yang tidak lulus ujian dan nilainya paling jelek”, Ujar Pak Joni seraya memerintahkan Lian untuk memperlihatkan nilainya kepada teman-temannya dengan berkeliling kelas.
Teman-teman Lian tertawa terbahak-bahak melihat nilai dan hukuman yang harus dijalani Lian, meski ada beberapa yang tidak suka atas perlakuan Pak Joni terhadap Lian. Dalam hati, Lian menangis dan malu diperlakukan seperti itu. Kejadian itu terlihat oleh Pak Anton, guru matematika dan wali kelas Lian. Sebetulnya dia ingin menegur Pak Joni atas perlakuannya atas Lian, namun Pak Anton mengurungkan niat itu agar Pak Joni tidak malu dihadapan murid-muridnya.
Pda saat jam istirahat, pak Anton mendatangi Lian yang seprti biasnya duduk sendirian di ruang kelas. Pak Anton lalu duduk di samping Lian. Kedatangan pak Anton cukup mengejutkan Lian.
“Assalamualaikum Lian...” Sapa Pak Anton
“Waalaikumsalam pak, ada apa pak???”
“Lian, bagaimana kabar kamu dan keluarga kamu???” Tanya pak Anton
“Baik-baik saja pak...”, jawab Lian singkat
“Kamu tahu kan, Bapak akan selalu membantu kamu jika kamu ada masalah...?”
Lian mengangguk tanpa jawaban.....
“Lian, dari pengamatan bapak serta dari cerita guru-guru yang lain, kamu akhir-kahir ini sering tertidur di dalam kelas dan nilai kamu juga jauh menurun. Boleh bapak tahu, apa penyebabnya????”
Lian terdiam, tak lama kemudian dia tak kuasa menahan air mata menetes dari matanya. “Saya sangat lelah pak.... sangat lelah...”, jawab Lian.
Pak Anton mengerti apa yang terjadi pada Lian. Pak Anton tahu jika Lian harus berkerja hingga larut malam untuk membayar uang sekolahnya.
“Lian, bapak berharap kamu tidak menyimpan beban sebesar ini sendirian. Berbagilah dengan bapak sehingga kita bisa mencari solusinya bersama-sama”. Hibur pak Anton pada Lian.
“Bapak tahu kamu berjualan jagung bukan???, bapak kan punya usaha Kedai. Bagaimana jika jagung buatan kamu taruh saja di kedai bapak buat bahan jagung bakar. Biar karyawan bapak saja yang menjualnya dan keuntungannya 100 persen buat kamu. Tapi sebagai gantinya, kamu les private sama bapak untuk mata pelajaran yang nilainya masih kurang ya, dan tanpa biaya alias gratis....” Lanjut pak Anton.
Wajah Lian berubah cerah, “Terima kasih banyak pak..... saya tidak tahu bagaimana harus membalasnya selain ucapan terima kasih”.
Percakapan merekapun berakhir dengan berbunyinya bel pertanda istirahat berakhir.
###
Semenjak itu, Lian mampu menyeimbangkan kegiatan belajar dengan kewajibannya berkerja untuk membayar biaya sekolahnya. Bersama Pak Anton, tidak hanya mendapatkan materi pelajaran sekolah. Lian juga diberikan berbagai suntikan motivasi.
“Apakah saya bisa menggapai cita-cita saya untuk menjadi orang sukses dan membahagiakan ibu serta adik-adik saya Pak?” Tanya Lian pada suatu perbincangan di lorong sekolah.
“Insyaallah Lian, teruslah berusaha dengan keras dan ikhlas. Karena kita tidak tahu apa yang telah direncanakan oleh Tuhan. Dan Tuhan akan memberikan imbalan sesuai dengan usaha hambanya”.
###
Semua berjalan lancar hingga pada suatu hari hal yang tidak diinginkan terjadi. Lian yang masih harus berkerja hingga malam hari, malam itu dia berjualan VCD bajakan, sebuah profesi yang baru dijalaninya selama 1 minggu. Sialnya, malam itu ada beberapa Polisi yang melakukan razia Pedagang Kaki Lima dan barang-barang bajakan. Lian yang tertangkap basah sedang menjajakan barang dagangannya pun ikut di boyong ke kantor polisi. Hal itu membuat malu Lian. Apalagi kabar Lian yang masuk penjara ternyata diketahui oleh guru serta teman-temannya di sekolah. Meski hanya 4 hari mendekam di penjara, hal itu sangat berpengaruh bagi Lian. Bahkan teman-temannya yang menemuinya di jalan memaki-makinya sebagai seorang kriminal. ‘Hei... Lian, jangan sekali-kali lagi menginjakkan kaki di sekolah kita... sekolah kita nggak nerima kriminal kayak kamu...!!!!”
Semenjak itu, Lian tidak pernah lagi datang ke sekolah. Dia lebih memilih membantu ibunya berkerja, dan mimpinya yang kerap diceritakannya pada Pak Anton berusaha dikuburnya. Hal itu membuat sedih pak Anton, Pak Anton selalu memandangi bangku kosong yang ditinggalkan Lian. Pak Anton merindukan mengobrol dengan anak pekerja keras yang memiliki mimpi yang besar itu.
Setiap hari Pak Anton mengirimi Lian pesan singkat melalui handphone.
Di mana kamu Lian....????
Namun, Lian tidak membalas pesan dari gurunya tersebut, karena malu telah membuat kecewa orang yang telah menolongnya.
Pada suatu hari, saat Lian sedang menjadi penjual baju bekas di Pasar. Pesan singkat dari Pak Anton masuk ke Handphonenya.
Lian, bukankah kamu memiliki sebuah mimpi yang besar...????
Pesan tersebut membuat Lian menghela nafas panjang, dan saat dia menengadahkan kepalanya, ternyata sosok Pak Anton telah berdiri di depannya. Lian tak kuasa menahan air mata lalu memeluk gurunya tersebut.
“Lian, kembalilah bersekolah...” bujuk Pak Anton
“Saya malu pak, saya takut di ejek oleh teman-teman dan saya merasa tidak pantas memiliki mimpi untuk menjadi orang sukses” jawab Lian dengan menundukkan kepala.
“Lian, mereka tidak melihat satu anugerah yang diberikan Tuhan kepadamu. Yaitu hati selayaknya berlian, dan karena kamu memiliki hati sekuat dan seindah berlian, maka kamu pantas menggapai mimpimu”.
Hari itu, Lian kembali menemukan motivasi dan mimpi yang ingin diraihnya. Lian lebih memilih percaya kepada kata-kata kebaikan dari gurunya yang tak henti-hentinya selalu meotivasi Lian, daripada cemoohan orang lain serta kekerdilan dirinya.
###
7 tahun kemudian, Pak Anton baru saja pulang mengajar. Saat akan mengambil kendaraan di tempat parkiran. Ada seorang laki-laki berpakaian rapi dan berdasi keluar dari sebuah mobil sedan BMW.
“Assalamualaikum... Pak Anton, apa kabar????” Sapa laki-laki itu
Pak Anton tersenyum, pertanda dia sudah mengenali siapa laki-laki itu. “Waalaikumsalam.... Alhamdulillah saya sehat Berlian, kamu juga bagaimana sekarang kabarnya?”
“Alhamdulillah, bapak masih ingat dengan saya. Saya baik-baik saja pak....” Jawab laki-laki itu yang tak lain adalah Berlian, murid favorit Pak Anton.
Kedua laki-laki itupun berjalan melewati lorong sekolah, persis seperti halnya 7 tahun silam. Saat Pak Anton memberikan berbagai pelajaran kehidupan kepada Berlian.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls