Kamis, 17 Februari 2011

Muslim itu berkata-kata indah...


As-salamu'alaikum saudaraku yang seiman dan seperjuangan...
Keindahan kata-kata adalah sesuatu hal yang diteladankan oleh Rasulullah dalam kehidupan sehari-harinya. Beliau memang dikenal sebagai pribadi yang amat halus budi pekertinya dan lembut hatinya. Kalimat-kalimat yang meluncur dari lidahnya pun penuh dengan cita rasa sastra yang tinggi, meskipun beliau tidak pernah menyandang gelar "sastrawan" semasa hidupnya.

Keindahan tulisan dan ucapan merupakan keindahan yang paling terpancar dalam diri seorang Muslim. Tutur kata sopan dan santun merupakan bagian hidup seorang muslim. Kita bisa lihat dalam ayat-ayat Al Qur'an. Isinya merupakan bacaan terbaik yang bisa menghimpun semua kebaikan di dalamnya. Oleh karena itu, wajar jika seorang muslim yang membaca Al-Qur'an seharusnya berperilaku terpuji.

Namun, pada kenyataan sekarang. Banyak kaum muslim.,terutama muda-mudi yang dalam bertutur kata dan berperilaku, jauh dari sikap seorang muslim. Dunia barat melalui Televisi mereka banyak mempengaruhi sikap bangsa ini. Karena takut dianggap tidak gaul atau ketinggalan zaman.Mereka malu menggunakan kata-kata indah kemudian menggunakan kata-kata yang tak sepantasnya digunakan seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal, dengan menggunakan kata-kata tersebut mereka sama sekali tak terangkat derajatnya, sama sekali tak dimuliakan oleh Tuhan. bahkan di mata manusia mereka hanyalah bahan tertawaan. Berbeda dengan orang yang memakai kata-kata indah dalam hidupnya. Seseorang akan memilih dan merangkai kata-kata yang indah karena hati, pikiran dan perbuatannya dipenuhi oleh keindahan. Kita memulai segalanya dengan menyebut nama Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bukankah sangat wajar jika kemudian perbuatan itu menghasilkan sesuatu yang indah dan penuh kasih sayang, karena memang dilakukan atas nama Dia yang memiliki nama Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim.

Dalam sebuah riwayat, seorang tokoh muslim mencontohkan tentang keindahan. Tersebutlah ustadz Muhammad Zahran, pemilik Madrasah Diniyah Ar-Rasyad di Mesir. Madrasah ini adalah salah satu tempat di mana Hasan al-Banna pernah menimba ilmu. Suatu hari, sang ustadz mengajukan sebuah pertanyaan pada seorang murid, dan murid tersebut belum bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Apakah sang ustadz mencela ketidakmampuannya? Tidak. Sebagai gantinya, beliau menghadiahkan sebait puisi yang diperintahkannya untuk ditulis dalam buku catatan sang murid.

"...Wahai kuda Allah
percepatlah lagi langkahmu...
untuk mengambil pemuda ini...
Wahai kuda Allah..."

Seorang guru yang baik tidak mencela ketidakmampuan muridnya. Dengan sebait puisi sederhana ini, ustadz Muhammad Zahran mendoakan agar muridnya segera ditambah ilmunya oleh Allah. Inilah buah dari kasih sayang yang meluap-luap dari dalam dadanya, kemudian meluncur dari lisannya.

Marilah saudaraku..berhentilah menghina diri kalian sendiri dengan mengumbar apa yang sebenarnya adalah diri kalian sendiri. Manusia hanya akan menyedekahkan apa yang dimiliknya. Jangan hanya ingin dibilang gaul, keren , dan lucu..kita rela tampil hina dihadapan orang banyak. Jadilah pribadi muslim yang kaffah..yaitu mereka yang menjadikan hidup mereka sebagai aplikasi dari sholat yang mereka dirikan,dan bacaan Al-Qur'an yang mereka hayati.

"Katakanlah Bismillah jika ingin memulai sesuatu, katakan subhanallah jika melihat hal yang luar biasa, katakan astaghfirullah jika telah melakukan kesalahan, katakan Alhamdulillah jikamendapatkan sesuatu dari-Nya.."

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls