Jumat, 12 Februari 2010

Suami Isteri Penghuni Surga...


Di sebuah desa hiduplah sepasang suami isteri. Mereka belum di karuniai anak. Sudah hampir 2 tahun mereka hidup bersama. Si suami bekerja sebagai tukang tambal ban,sedangkan isterinya bekerja sebagai buruh cucian.

Si Isteri yang bernama Aafiyah. Punya wajah cantik berjilbab pula, tutur katanya santun. Aafiyah meruapakan anak dari seorang ustadz yang disegani di desa tersebut. Sebelum menikah dengan lelaki pilihannya sekarang. Aafiyah merupakan menantu idaman para orangtua di desa. Namun...betapa terkejutnya warga desa, setelah Aafiyah menerima lamaran seorang laki-laki yang sekolah SD saja tak tamat, wajahnya kasar dan keras. Ya, si suaminya sekarang yang bernama Khomad. Hanyalah seorang pemuda yang kerap mereka suruh-suruh untuk mengerjakan pekerjaan2 kasar.

Hal itulah yang kerap digunjingkan warga desa. Kenapa si kembang desa itu malah memilih si Khomad. Padahal banyak pemuda-pemuda yang punya pendidikan lebih bagus,dan wajah yang tak kalah tampan sama pemain sinetron.

Tapi bagi Aafiyah status pendidikan ataupun rupa bukanlah ukuran. Percuma saja punya gelar sarjana..kalau menghargai wanita saja mereka tidak bisa, Aafiyah kadang jijik jika mendengar pemuda-pemuda desa yang bersiul ataupun mengerdipkan mata padanya. Baginya Khomad lah satu-satunya lelaki yang berpendidikan. Ketika berbicara dengan lawan jenis, Khomad selalu menunduk. Dia selalu shalat berjamaah di mesjid. Dan dia kerap membangunkan pemuda2 "sarjana" yang masih terlelap tidur di kala shubuh dengan bacaan yasiinnya.

Hingga Khomad datang kepada ayah Aafiyah untuk melamarnya. Ayah Aafiyah yang sangat bijak, menyerahkan segala pilihan pada Aafiyah. Setelah ber Ta'ruuf dan shalat istikharah. Aafiyah pun yakin akan membangun istana surga bersama Khomad.

Hari pernikahan mereka diwarnai dengan pandangan serta cibiran dari pengunjung. Aafiyah hampir menangis, melihat perlakuan warga seperti itu. Namun, ditahannya agar hari pernikahan mereka dapat berjalan lancar demi suaminya.

Kadang, jika mereka berjalan berdua. Warga desa tanpa rasa kasihan mengeluatkan kata-kata seperti ini. "Wah..lihat ada, tuan puteri jalan sama pembantunya..". Kata-kata itu amat menyayat hati Aafiyah, bukan karena malu dengan keadaan suaminya. Melainkan dia takut jika suaminya terluka dengan kata-kata tersebut.

Namun, hal tersebut tak berpengaruh sama sekali kepada Khomad. Baginya cemoohan warga hanyalah angin lalu. Baginya memiliki isteri secantik Aafiyah merupakan rahmat terbesar baginya. Setiap melihat wajah isterinya itu, dia selalu bersyukur. Lelaki seperti dirinya bisa mendapatkan wanita secantik ini. Kini setelah menikah, Khomad semakin rajin bekerja. Hari-harinya selalu diwarnai dengan senyuman..tak henti-hentinya dia bersyukur. Hal itulah..yang membuat Aafiyah semakin mencintai suaminya tersebut. Kadang Aafiyah tak bisa menahan kekesalannya dengan cemoohan warga. Namun,sang suami selalu mensehatinya.."De..Aafi..s
abar, mungkin ini rezky dari yang di atas, buat nambah amal kita. Kalau kita marah dan membalas mereka. Kita sama saja kan dengan mereka??".

Begitulah..hari-hari yang dilalui oleh Khomad dan Aafiyah dalam kehidupan mereka. Mereka berdua selalu bersabar dalam menghadapi segala cobaan dan dari hari ke hari tak henti-hentinya bersyukur dengan nikmat kesabaran mereka tersebut.

Mereka memiliki anak dan membesarkan anak mereka dengan tauladan sabar dan syukur,,hingga maut memisahkan mereka pun para malaikat selalu mendoakan mereka, karena sabar dan syukur selalu menjadi budaya dalam kehidupan keluarga mereka.

Dan ketika di akherat kelak...mereka dipertemukan kembali, mereka saling bersyukur kepada Allah karena ditakdirkan Allah untuk saling mencintai. Surga sudah dijanjikan oleh Allah SWT bagi mereka...

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls